Minggu, 21 Desember 2008

BIO GAS DARI LIMBAH TAHU SAMPAI KOTORAN MANUSIA

Jumlah pengusaha tahun tempe di Pulau Lombok meningkat cukup signifikan. Hal ini didasarkan pada semakin tingginya konsumsi tahu tempe di daerah ini. Kondisi ini terjadi akibat daya beli masarakat akibat krisis masih rendah, sehingga tahu tempe adalah pilihan bijak sebagai lauk pauk. Namun, di satu sisi….! Limbah tahu menjadi persoalan tersendiri. Limbah ini berbau busuk yang sangat menyengat sehingga mengganggu aktifitas masyarakat. Serba dilema memang…..!, Jika pengusaha tahu di paksa membuat IPAL sendiri, kondisi modal dan volume produksi tidak bisa menutupi ongkos pembuatan instalasi limbah sendiri. Di khawatirkan produsen tahu kehabisan modal.
Peternakan kambing, sapi, kuda, ayam masih menjadi profesi sebagai kecil masyarakat di Lombok. Tingkat pendidikan rendah dan lapangan kerja yang sempit menimbulkan masyarakat produktif tidak punya pilihan dalam mencari nafkah.
Sayangnya, kandang – kandang ini berada di tengah tengah pemukiman warga. Kondisi semacam ini menimbulkan bau yang mengganggu warga yang lain. Permasalahannya hampir sama dengan dampak yang diakibatkan oleh limbah tahu.
Dari temuan ini, saya berpendapat bahwa hanya pemerintah daerah lah yang harus bertindak dalam menyelesaikan permasalahan ini. Pemerintah daerah di tuntut harus lebih sungguh-sungguh dalam menanggulangi persoalan ini. Libatkan setiap elemen masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan setiap program yang di berikan kepada masyarakat, sehingga jangan terkesan “hanya proyek” sedangkan kualitas “NOL BESAR”

Sebagai contoh misalnya, instalasi pengolah air limbah yang ada di Dusun Bile Sundung, Desa Danger, Kecamatan Masbagek adalah potret Pemerintah Daerah yang tidak sungguh-sungguh dalam melakukan pengendalian pencemaran limbah tahu. Instalasi ini macet total karena perencanaan dan pembangunan yang salah dari aspek teknik pengelolaan limbah tahu. Saluran tersumbat, kolam pengendapan terlalu dangkal, buangan limbahnya belum layak di buang ke sungai.

Oleh karena limbah cair dari kotoran ternak dan proses produksi tahu menimbulkan bau yang sangat menyengat dan mengganggu masyarakat, sementara itu biaya bahan bakar minyak semakin tinggi saja. Maka solusi yang menarik di tawarkan melalui konsep yang sederhana yaitu pemanfaatan limbah yang sangat mengganggu sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah......?.

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob yaitu bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Bahan organik tersebut dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara yang disebut digester sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik tersebut yang kemudian menghasilkan gas yang disebut Biogas. Biogas yang telah terkumpul di dalam digester selanjutnya dialirkan melalui pipa PVC menuju ke lokasi penggunaannya seperti kompor dan lampu. Komposisi gas yang terdapat di dalam Biogas adalah: Methana (CH4) 40 – 70%, Karbondioksida (CO2) 30 – 60%, Hidrogen (H2) 0 – 1%, dan Hidrogen Sulfida (H2S) 0 – 3%.

Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batubara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Pembakaran gas methan untuk memasak menghasilkan api biru dan tidak mengeluarkan asap. Sebagai contoh, gas methane yang dihasilkan dari 40 kilogram kotoran sapi dapat digunakan untuk memanaskan kompor selama 6 jam. Jika seekor sapi rata-rata dapat menghasilkan kotoran dicampur air sekitar 20 kilogram setiap hari, berarti dua ekor sapi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan energi sebuah dapur, Gas yang dihasilkan dialirkan melalui selang plastik ke ke kompor. Selain itu, biogas di pake untuk penerangan dengan menghubungkan langsung sebuah pipa ke lampu storongking, nyala yang dihasilkanpun sama dengan berbahan bakar minyak tanah.
Ditinjau dari aspek ekonomis, limbah kotoran ternak, tahu tempe dan kotoran manusia yang telah hilang gasnya merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Keluarga yang menggunakan biogas sudah tidak membutuhkan pembelian bahan bakar karena sudah bisa terpenuhi kebutuhannya.
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran manusia, limbah tahu tempe, kotoran peternakan ayam dll. Untuk kotoran manusia sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam sistem Biogas.
Terakhir, alangkah indahnya hidup para pengusaha tahu tempe dan peternak sapi di lombok jika memiliki instalasi bio-gas sehingga akan membantu kehidupan mereka dari kebutuhan minyak tanah dan penerangan akibat lampu PLN yang sering padam. Peran pemerintah daerah hendaknya lebih geliat terhadap teknologi sederhana, tepat guna dan murah yang sangat berdampak langsung bagi masyarakat.
Penggunaan bio gas dari kotoran manusia juga perlu dikembangkan terutama untuk kantor-kantor pemerintah dan swasta, sekolah-sekolah, pesantren, kost-kostan atau keluarga dengan penghuni diatas 5 orang.