Minggu, 30 Januari 2011

BUMI SEMILYAR KELAPA
Oleh
Muhamad Khairul Ihwan
LP2M STMIK Syaikh Zainuddin NW Anjani

Pulau Lombok begitu indah dan menawan ketika anda sempat menurunkan pandangan saat berada di atas pesawat, ataupun anda jalan-jalan mengitari pulau ini…, maka terlihat jejeran pohon kelapa sepanjang jalan yang tersusun rapi sampai di pegunungan. Potensi yang sedemikian besarnya belum mampu dioptimalkan oleh pemerintah dalam menciptakan peluang kerja, bisnis, dan investasi dari kelapa tersebut. Saat ini kelapa hanya menjadi hasil perkebunan yang tidak diperhatikan oleh pemiliknya, dipetik ketika hampir jatuh, sampai ada yang dijual diatas pohonnya. Harga jual yang hanya Rp 1.000,-/biji (sama dengan ongkos parkir) menjadikan komoditi perkebunan ini tidak dapat memberikan kesejahteraan bagi pemiliknya, pantas saja masyarakat pedesaan yang kaya akan tanah kebun masih mendapat jatah raskin, rumah semi permanen, dan tidak mampu membayar biaya sekolah yang semakin tidak berkeadilan di beberapa tempat yang berkualitas. Kelapa di Lombok hanya dijemur menjadi kopra, serabut dan tempurungnya ditumpuk lalu dikirm ke daerah lain dan kembali kelombok dalam bentuk lain dengan harga yang berlipat lipat dari asalnya. Tidak jarang kita lihat masyarakat lebih memilih menjual kayu kelapa dari buahnya, ini berbahaya karena juga berpengaruh bagi lingkungan yang susah payah kita jaga, kita rawat dan rehabilitasi dengan program sejuta pohon.
Data BPS Tahun 2008 memperlihatkan bahwa Kabupaten Lombok Timur menghasikan 9.437 ton buah kelapa yang berasal dari 15.138 hektar luas kebun kelapa masyarakat Kabupaten Lombok Timur. Posisi ini menempatkan Lombok Timur pada urutan ke 3 dari seluruh kabupaten kota di NTB yang hanya mampu menyumbangkan 18,25% dari 51.720 ton produksi kelapa NTB, padahal luas perkebunan kelapa Kabupaten Lombok Timur mencapai 22,55% dari 67.119 hektar perkebunan kepala di NTB. Jika dianalisa lebih rinci dengan membandingkan jumlah produksi pertahun dibandingkan dengan potensi luas kebun di Lombok Timur didapatkan data bahwa kebun kelapa kita hanya mampu memproduksi 0,623 ton/hektar/tahun (623 kg/tahun/hektar), atau sekitar 0,052 ton/hektar/bulan (52 kg/hektar/bulan). Jika asmusi berat kepala perbiji hanya 1,5 kg saja, maka setiap hektar kebun kelapa kita hanya mampu menghasilkan 35 biji setiap bulan. Berdasarkan analisa data kita diatas, dapat diduga bahwa pengelolaan perkebunan kelapa kita tidak dilakukan secara baik dan terencana, melainkan dibiarkan, dilihat dan dipetik ketika sudah saatnya, tidak dilakukan pengaturan pola pemetikan apalagi pemupukan. Kondisi demikian patut kita mengerti karena pemilik kebun mengtahui bahwa harga kelapa sangat rendah sehingga tidak ada motifasi dan semangat untuk melakukan pengelolaan secara baik dan berkesinambungan. Jika dikelola baik, potensi pengembangannya adalah bila tiap hektar terdapat 125 pohon, jumlah pohon semuanya dapat mencapai 1.892.250 dengan total potensi panen per tahun mencapai lebih dari 1,8 milyar biji kelapa. Sungguh merupakan potensi yang sangat menjanjikan, harapan baru bagi daerah yang sangat membutuhkan sumber pendapatan baru.
Pengembangan teknologi kelapa tidak cukup hanya dengan penguasaan teknologi saja, akan tetapi peran pengatur kebijakan (pemerintah daerah) dalam memberikan dukungan sangat penting. Pemerintah daerah harus berani mengambil langkah strategis, diantaranya dengan membentuk unit usaha daerah yang memfokuskan usahanya pada pengolahan buah kelapa. Pemerintah daerah diharapkan dapat menjadi inspirator, pemberi stimulan, pengawas dan pengatur regulasi pengelolaannya, dan perhatian yang berkesinambungan sampai pada tahap kemandirian. Bentuk yang baik untuk dicontoh adalah dengan pola pemberdayaan masyarakat, yaitu buah kelapa diolah menjadi beberapa produk oleh pemilik kebun, kemudian dikumpulkan (dijual) kepada koperasi desa yang ditunjuk dan selanjutnya diolah, diproduksi/dikemas oleh perusahaan daerah tersebut. Simpel memang, tapi pada taraf aplikasi dibutuhkan konsistensi aparat pelaksana dan peran aktor teknologi yang ditunjuk agar aktif melakukan control dan bimbingan teknis pada tingkat bawah. Belajar apa yang dilakukan oleh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta dengan Dr. Bambang Setiadji telah mampu bekerjasama secara menguntungkan dengan masyarakat Kecamatan Galur Kulon Progo sehingga kemitraan sudah terjalin sejak 2003 dan terus berkembang dengan berbagai macam inovasi produk tambahan berbahan baku kelapa. Investasi yang telah ditanamkanpun tidak begitu besar karena konsep pemberdayaannya bermula dari kelompok kecil dan terus berkembang seiring dengan penambahan kapasitas. Teknologi yang mudah, peralatan yang murah, dan hasil yang menjanjikan…., kenapa tidak di coba?.
Secara Ilmiah, teknologi yang direkomendasikan dalam menjadikan kelapa bernilai tambah sebenarnya sangat beragam sesuai dengan karakter daerahnya. Sebagai contohnya, seluruh bagian dari biji kelapa dapat diolah secara bersih (tanpa sisa) antara lain : serabutnya dapat diproses halus untuk diekspor sebagai bahan baku sofa mewah, serabut kasar dapat menjadi keset, serat tempurung kelapa dapat menjadi kain, tali kapal, tikar, souvenir., debu serabut dapat menjadi pupuk unggul/ kayu lempeng, tempurungnya dapat menjadi asap cair dan arang aktif, buahnya dapat menjadi minyak goreng dan VCO, dan airnya dapat menjadi nata decoco. Lengkap sudah.. tidak ada yang terbuang. Harga kelapa yang Rp 1.000,- telah mampu ditingkatkan nilai ekonominya menjadi Rp 20.000,-/biji. Sungguh angka yang menjanjikan bagi peningkatan kesejahteraan semua unsur masyarakat Lombok Timur, mulai dari pemilik kebun, tenaga pengolah, pemodal, penjual (toko/ mini market), dan konsumen masyarakat sendiri, sampai pada peningkatan nilai produktifitasnya dengan program penjualan kedaerah lain.






ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA
Asap Cair (Liquid smoke) merupakan hasil pirollisis dari batok kelapa, melalui proses lebih lanjut asap cair dapat di manfaatkan sebagai bahan pengawet alami yang dapat digunakan dalam industri ikan, tahu dan mie. Selain itu Asap Cair dapat digunkan sebagai pengganti Asam Semut pada proses penggumpalan karet, penggunaan asap cair dalam proses tersebut akan menurunkan biaya produksi karet dan kualitas karet menjadi lebih baik. Asap Cair juga dapat digunakan sebagai pengawet kayu terutama untuk memberikan Coating terhadap mebel kayu terutama dari serangan bubuk kayu dan jamur. Asap Cair juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses penyamakan kulit, dari uji aplikasi yang dilakukan terbukti asap cair dapat mempertahankan keawetan kulit yang telah disamak.

Bahan : Tempurung Kelapa100 kg
Alat :
• Drum Kapasitas 100 kg
• Kompor
• Pipa Penyalur Asap
• Kondensor
• Penampung Cairan/liquid

Cara Membuat :
• Masukan seluruh tempurung kelapa ke dalam drum tertutup dan yang terhubung pipa saluran asap, bakar selama 6-8 jam.
• Asap akan keluar melalui pipa dan masuk ke drum penampungan asap, asap akan mulai mengembun/berkondensasi menjadi cairan/liquid dan Jadilah asap cair sebanyak 25 liter liquid.
• Asap cair yang dihasilkan masih berupa asap cair yang masih mengandung ter sehingga berwarna coklat pekat, pada asap cair ini sangat cocok untuk penggumpalan karet dan pengawetan kayu.
• Jika ingin digunakan sebagai pengawet makanan, asap cair harus berwarna cokelat bening (berarti ter telah berkurang termasuk aroma asapnya) dan untuk asap cair itu menjadi berwarna cokelat bening, harus diendapkan selama minimal 1 minggu, untuk mengendapkan ter saring dengan zeolet. Destilasi ulang asap cair tersebut sampai benar-benar berwarna cokelat dan Destilasi dilakukan pada suhu 120-150◦C.


BRIKET TEMPURUNG KELAPA
Briket digunakan sebagai bahan bakar alternative baik didalam rumah tangga maupun industir. Potensi pemanfaatannya sangat besar apalagi dapat dikombinasikan dengan batubara sebagai bahan bakar alternative pengeringan daun tembakau, dan lain sebagainya.
Alat dan bahan :
• Arang tempurung kelapa yang diperoleh dari limbah proses pembuatan asap cair.
• Tepung kanji
• Air
• Pipa paralon(bila diperlukan)

Cara membuat :
• Arang tempurung kelapa ditumbuk sampai halus dan di ayak dengan ukuran lolos 50 mesh dan 70 mesh.
• Buat adonan dari tepung kanji (air dengan tepung kanji).
• Campur bubuk tempurung kelapa dengan adonan kanji ( 10 : 1)
• Bentuk bola - bola kecil atau masukkan pipa paralon (dicetak agar bentuknya bagus).
• Jemur diterik matahari kurang lebih 1 hari (sampai benar - benar kering.


VCO
Virgin Coconut Oil atau biasa disingkat dengan VCO adalah minyak murni yang dibuat dari bahan kelapa segar dengan proses tanpa pemanasan. Proses pembuatan yang tepat akan menghasilkan minyak VCO yang berkualitas. Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) merupakan minyak kelapa dengan kualitas tinggi karena tidak mengandung kolesterol, kadar air dan asam lemak bebas kecil, serta kandungan asam laurat cukup tinggi (sekitar 53%). Asam laurat adalah asam lemak jenuh rantai sedang, apabila dikonsumsi oleh tubuh akan segera terbakar sehingga menghasilkan energi dan dapat menciptakan kenetralan terhadap kolesterol. Bentuk ubahan asam lemak dalam tubuh yang berupa monolaurin mempunyai sifat anti virus, anti bakteri dan anti jamur. Oleh karena itu minyak kelapa murni sangat bermanfaat bagi kesehatan dan keelokan tubuh. Penyakit kanker, aids, jantung, diabetes, dan obesitas dapat diatasi dengan menkonsumsi minyak kelapa murni. Sehubungan dengan manfaat yang sangat banyak, minyak kelapa murni dapat digunakan dalam industry farmasi, kosmetika, susu formula, dan minyak goreng berkualitas tinggi. Sementara ini di Indonesia, minyak kelapa murni telah dimanfaatkan dalam pembuatan sampo, deterjen, minyak gosok, minyak telon dll.
Adapun cara pembuatan minyak kelapa murni sangat sederhana, yaitu dengan fermentasi krim dari santan kelapa dengan menggunakan minyak pemancing, akan dihasilkan minyak yang berwarna jernih.

Langkah Pembuatan ;
• Daging kelapa diparut, kemudian tambahkan air dengan perbandingan 1 kg kelapa dan 2 liter air bersih, diperas untuk diambil santannya.
• Santan dibiarkan selama 1 jam, hingga terbentuk dua lapisan yaitu bagian atas berupa krim dan bagian bawah air.
• Air dipisahkan dari krimnya dengan cara mengalirkan air dari bagian bawah wadah.
• Tambahkan minyak pemancing sebanyak satu sendok makan kedalam krim dan diaduk.
• Air dipisahkan dari campuran minyak dan blondo dengan cara mengalirkan air dari bagian bawah wadah.
• Minyak dipisahkan dari blondonya dengan cara disaring menggunakan kain saring.
• Blondo yang terpisah masih mengandung minyak yang bisa dikeluarkan dengan cara memanaskan blondo pada suhu 100 derajat Celcius selama 10 - 15 menit untuk menggumpalkan blondonya.
• Minyak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai minyak pancingan pada pembuatannya minyak berikutnya. 
NATA DE COCO
Nata de coco adalah bahan campuran pembuatan es buah, puding, dan lain sebaginya. Nata de coco sering disajikan ketika berbuka puasa.

Cara pembuatan :
• Saring air kelapa dengan menggunakan kain saring lalu didihkan dan dinginkan.
• Campurkan gula pasir (100 g/l air kelapa), asam cuka 20 ml/l air kelapa dan bibit Acetobacter xylinum (170 ml) ke dalam air kelapa di dalam panci pencampur, lalu diaduk sampai merata. Campuran tersebut mempunyai
• keasaman (pH) 3-4.
• Masukkan campuran tersebut ke alam stoples dengan tinggi campuran 4-5 cm, lalu ditutup dengan kain aring. Letakkan stoples di tempat yang bersih dan aman.
• Setelah 15-20 hari berlangsungnya proses fermentasi terbentuklah lapisan nata di permukaan cairan dengan ketebalan 1-2 cm. Lapisan nata dengan berat + 200 g. Cairan dibawah nata merupakan cairan bibit yang dapat digunakan untuk pembuatan nata selanjutnya.

Pemanenan nata
• Lapisan nata diangkat secara hati-hati dengan menggunakan garpu atau penjepit yang bersih supaya cairan di bawah lapisan tidak tercemar. Cairan di bawah nata dapat digunakan sebagai cairan bibit pada pengolahan berikutnya.
• Buang selaput yang menempel pada bagian bawah nata, dicuci lalu dipotong dalam bentuk kubus dengan ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 cm dan dicuci. Tuang dan rendam potongan nata de coco dalam ember plastik selama 3 hari dan setiap hari air rendaman diganti. Sesudah itu, nata direbus sampai mendidih bersuhu 110oC selama selama 10-20 menit. Tujuan perendaman dan perebusan untuk meng-hilangkan rasa asam.
• Nata dimasukkan dalam sirup lalau didihkan pada suhu 100oC + 15 menit, sesudah itu bila perlu dapat ditambahkan essens panili atau pewangi lainnya dan garam secukupnya, lalu dibiarkan selama 1 malam. Buat sirup nata dengan perbandingan untuk 3 kg produk nata potongan, diperlukan 2 kg gula dan 4,5 l air. Mula-mula gula dituangkan ke dalam air, panaskan sampai larut dan lalu saring.
• Selanjutnya nata dikemas dalam kantong plastik atau botol selai dengan perbandingan antara padatan dan cairan 3:1, botol ditutup rapat, kemudian direbus dalam air mendidih selama 30 menit. Angkat dan dinginkan di udara dengan tutup terletak pada bagian bawah, slanjutnya botol diberi label dan siap untuk dipasarkan.

Pembuatan bibit nata (Acetobacter xylinum).
• Buah nanas dikupas, dicuci sehingga dihasilkan daging nenas. Daging nanas dipotong kecil-kecil, dihancurkan, dan diambil ampasnya.
• Ampas nenas dicampur dengan gula pasir dan air masak dengan perbandingan 6:1:3 sampai merata.
• Masukkan campuran tersebut dalam stoples bersih dan tutup dalam kain saring. Diamkan selama 2-3 minggu.
• Biarkan tanpa diganggu selama 2-3 minggu hingga terbentuk lapisan putih atau bibit Acetobacter xylinum.

Apa yang dipaparkan diatas merupakan pemikiran dan harapan segelintir orang seperti penulis yang dilatarbelakangi oleh keprihatinan atas kondisi masyakat kita yang harus akan kesejahteraan sehingga tidak lagi berbondong-bondong ke negeri orang demi sesuap nasi.

Minggu, 21 Desember 2008

BIO GAS DARI LIMBAH TAHU SAMPAI KOTORAN MANUSIA

Jumlah pengusaha tahun tempe di Pulau Lombok meningkat cukup signifikan. Hal ini didasarkan pada semakin tingginya konsumsi tahu tempe di daerah ini. Kondisi ini terjadi akibat daya beli masarakat akibat krisis masih rendah, sehingga tahu tempe adalah pilihan bijak sebagai lauk pauk. Namun, di satu sisi….! Limbah tahu menjadi persoalan tersendiri. Limbah ini berbau busuk yang sangat menyengat sehingga mengganggu aktifitas masyarakat. Serba dilema memang…..!, Jika pengusaha tahu di paksa membuat IPAL sendiri, kondisi modal dan volume produksi tidak bisa menutupi ongkos pembuatan instalasi limbah sendiri. Di khawatirkan produsen tahu kehabisan modal.
Peternakan kambing, sapi, kuda, ayam masih menjadi profesi sebagai kecil masyarakat di Lombok. Tingkat pendidikan rendah dan lapangan kerja yang sempit menimbulkan masyarakat produktif tidak punya pilihan dalam mencari nafkah.
Sayangnya, kandang – kandang ini berada di tengah tengah pemukiman warga. Kondisi semacam ini menimbulkan bau yang mengganggu warga yang lain. Permasalahannya hampir sama dengan dampak yang diakibatkan oleh limbah tahu.
Dari temuan ini, saya berpendapat bahwa hanya pemerintah daerah lah yang harus bertindak dalam menyelesaikan permasalahan ini. Pemerintah daerah di tuntut harus lebih sungguh-sungguh dalam menanggulangi persoalan ini. Libatkan setiap elemen masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan setiap program yang di berikan kepada masyarakat, sehingga jangan terkesan “hanya proyek” sedangkan kualitas “NOL BESAR”

Sebagai contoh misalnya, instalasi pengolah air limbah yang ada di Dusun Bile Sundung, Desa Danger, Kecamatan Masbagek adalah potret Pemerintah Daerah yang tidak sungguh-sungguh dalam melakukan pengendalian pencemaran limbah tahu. Instalasi ini macet total karena perencanaan dan pembangunan yang salah dari aspek teknik pengelolaan limbah tahu. Saluran tersumbat, kolam pengendapan terlalu dangkal, buangan limbahnya belum layak di buang ke sungai.

Oleh karena limbah cair dari kotoran ternak dan proses produksi tahu menimbulkan bau yang sangat menyengat dan mengganggu masyarakat, sementara itu biaya bahan bakar minyak semakin tinggi saja. Maka solusi yang menarik di tawarkan melalui konsep yang sederhana yaitu pemanfaatan limbah yang sangat mengganggu sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah......?.

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob yaitu bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Bahan organik tersebut dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara yang disebut digester sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik tersebut yang kemudian menghasilkan gas yang disebut Biogas. Biogas yang telah terkumpul di dalam digester selanjutnya dialirkan melalui pipa PVC menuju ke lokasi penggunaannya seperti kompor dan lampu. Komposisi gas yang terdapat di dalam Biogas adalah: Methana (CH4) 40 – 70%, Karbondioksida (CO2) 30 – 60%, Hidrogen (H2) 0 – 1%, dan Hidrogen Sulfida (H2S) 0 – 3%.

Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batubara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Pembakaran gas methan untuk memasak menghasilkan api biru dan tidak mengeluarkan asap. Sebagai contoh, gas methane yang dihasilkan dari 40 kilogram kotoran sapi dapat digunakan untuk memanaskan kompor selama 6 jam. Jika seekor sapi rata-rata dapat menghasilkan kotoran dicampur air sekitar 20 kilogram setiap hari, berarti dua ekor sapi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan energi sebuah dapur, Gas yang dihasilkan dialirkan melalui selang plastik ke ke kompor. Selain itu, biogas di pake untuk penerangan dengan menghubungkan langsung sebuah pipa ke lampu storongking, nyala yang dihasilkanpun sama dengan berbahan bakar minyak tanah.
Ditinjau dari aspek ekonomis, limbah kotoran ternak, tahu tempe dan kotoran manusia yang telah hilang gasnya merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Keluarga yang menggunakan biogas sudah tidak membutuhkan pembelian bahan bakar karena sudah bisa terpenuhi kebutuhannya.
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran manusia, limbah tahu tempe, kotoran peternakan ayam dll. Untuk kotoran manusia sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam sistem Biogas.
Terakhir, alangkah indahnya hidup para pengusaha tahu tempe dan peternak sapi di lombok jika memiliki instalasi bio-gas sehingga akan membantu kehidupan mereka dari kebutuhan minyak tanah dan penerangan akibat lampu PLN yang sering padam. Peran pemerintah daerah hendaknya lebih geliat terhadap teknologi sederhana, tepat guna dan murah yang sangat berdampak langsung bagi masyarakat.
Penggunaan bio gas dari kotoran manusia juga perlu dikembangkan terutama untuk kantor-kantor pemerintah dan swasta, sekolah-sekolah, pesantren, kost-kostan atau keluarga dengan penghuni diatas 5 orang.

Jumat, 19 September 2008

Kelompok Studi Ilmiah Siswa SMK Negeri 1 Selong telah mampu membuat berbagai macam bentuk teknologi tepat guna dalam bidang energi, pengelolaan sampah dan lingkungan.
Teknologi yang telah mampu di kembangkang di SMKN 1 Selong selanjutnya akan dipinjamkan pada kelompok binaan SMK Negeri 1 Selong yang ada di setiap kecamatan di SMKN 1 Selong.

www.khairulihwan.blogspot.com


MUHAMAD KHAIRUL IHWAN, MT
Perumahan Puri Gelang Indah Blok F No 4 Sukamulia
Lombok Timur, NTB 081803696936
Kantor :
UNIT PELAYANAN TEKNIS
SMK NEGERI 1 SELONG
Jalan Pejanggik No 74 Selong, Lombok Timur NTB
Telp 0376 23624